Selasa, 24 April 2012

asuhan keperawatan pada parkinson


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.
            Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.( http://nur-azisah.blogspot.com)
            Untuk tahun 2011 penyakit Parkinson, diperkirakan sebanyak 4,5 juta orang diseluruh dunia. (http://supersinto.blogspot.com). Oleh karena itu, pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari penyakit parkinson dan perjanan penyakit ini sangat penting, baik untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter dan petugas kesehatan.

  1. Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada penderita Parkinson.
2.    Tujuan Khusus
A.    Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab,tanda gejala, diagnosa, dan penatalaksanaan medis dari penyakit parkinson.
B.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan parkinson.
C.   Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan parkinson.
D.   Mahasiswa mampu melakukan rencana keperawatan pada pasien dengan parkinson.
E.    Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan baik independen, dependen, atau interdependen.

  1. Ruang Lingkup
Pembuatan makalah ini dibatasi oleh tinjauan teori mengenai asuhan keperawatan pada penderita Parkinson.

  1. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dengan menelaah literatur yang berkaitan dengan penulisan dari media cetak dan elektronik.

  1. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah terdiri dari tiga bab.
Bab I Pendahuluan.
Bagian dari pendahuluan ini meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Teori.
Bagian dari tinjauan teori ini meliputi Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan Medis, dan Asuhan Keperawatan dengan Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, dan Intervensi di dalamnya.
Bab III Penutup.
Bagian dari penutup ini meliputi Kesimpulan dan Saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

  1. PENGERTIAN
1.    Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengantur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan),tremor dan kekuatan otot. (Brunner & Suddarth, 2001)
2.    Penyakit Parkinson (Parkinson’s diease) adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respons mesenfalon danpergerakan regulasi. (Fransisca, 2009).
3.    Parkinsonisme adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. (Arif Muttaqin, 2009).

  1. ANATOMI FISIOLOGI

1.    Otak
a.    Selaput otak (Meninges)
Durameter
Arakhnoid
Piameter
b.    Otak besar (cerebrum)
Terdiri atas 2 hemisfer, yang dihubungkan oleh bagian putih yang disebut korpus kolosum. Setiap hemisfer terbagi menjadi 4 lobus, yaitu :

1)    Lobus Frontal
a)    Lobus pre frontal
Berfungsi mengontrol emosi, kepribadian, penilaian, penafsiran, tingkah laku yang dipelajari dan perkembangan pikiran.
b)    Area pre sentral (korteks motorik utama )
Terletak persis di bagian anterior sulkus sentral. Rangsangan menimbulkan pergerakan otot yang spesifik di sisi tubuh yang lain
2)    Lobus Parietal
a)    Area sensori somatic primer
Menempati area setelah gyrus sentral, area ini menerima input sensori mayor, seperti rasa nyeri, suhu, sentuhan, fibrasi dan posisi dari sisi kontra leteral tubuh.
b)    Area yang berhubungan dengan sensori
Fungsi utama dari area ini adalah mengintegrasikan informasi sensori, misalnya, ukuran, bentuk dan tekstur dari obyek
3)    Lobus Temporal
Area ini memungkinkan kita menerima dan mengintepretasikan pendengaran, pembauan dan rasa, dan juga menerima serta menyimpan memori yang singkat, memberikan integrasi somatic area auditori dan area yang berhubungan dengan penglihatan. Jenis pemikiran yang dialami merupakan memori pengalaman masa lalu yang sangat terperinci, seni, musik dan rasa.
4)    Lobus Oksipital
a)    Area visul primer
Menerima input dari sebagian psilateral retina bagian temporal dan sebagian konralateral retina bagian basal.
b)    Area visual sekunder
Mengelilingi area visual primer, memungkinkan kita menginterpertasikan apa yang kita lihat dan mengenali makna kerja. Setiap hemisfer serebral/serebrum memproses informasi terhadap sisi tubuh yang berlawanan, misalnya korteks serebral kiri mengontrol pergerakan tangan kanan.
c.    Basal ganglia
Memegang peranan penting fungsi-fungsi motorik tubuh yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otomatis dan halus.
d.    Otak kecil (cerebelllum)
Sebagai pusat reflek yang berfungsi memepertahankan keseimbanagan dan sikap badan. Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di bawah lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.
e.    Batang otak
Terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.
1)    Diensepalon
Terdiri atas 4 bagian, yaitu :
a)    Talamus
Merupakan stasiun penerima yang penting dalam otak dan pengintegrasian.
b)    Hipotalamus
Merupakan pusat pengatur susunan saraf otonom.
c)    Subtalamus
Belum diketahui fungsinya secara jelas
d)    Epitalamus
e)    Mempunyai peran sebagai
Pendorong emosi dasar seseorang, integrasi informasi olfaktorius, pengaturan sirkadian tubuh, penghambat hormon gonad
2)    Mensefalon
Merupakan bagian pendek batang otak yang terletak di atas spons, yang terbagi atas dua bagian, yaitu :
a)    Bagian anterior
b)    Bagian posterior
Bagian ini bercabang mejadi dua lagi, yaitu : Kolikulus inferior dan kolikulus superior. Kolikulus superior mengurusi masalah penglihatan dan koordinasi gerakan penglihatan
3)    Pons
Sebagai penghubung antara hemisfer serebri, serebelum dan mensensepalon dan penghubung kortikosereberalis, yaitu menghubungkan antara hemisfer serebri dengan serebelum
4)    Medulla oblongata
Merupakan pusat refleks pada jantung, pernafasan, bersin/batuk, menelan, dan pengeluaran air liur dan muntah
f.     Sumsum Tulang Belakang
Berfungsi sebagai pusat reflek spinal dan sebagai jalan impuls yang berjalan dari dan ke otak.

  1. Sistem Saraf Perifer
a.    Saraf aferen
Berfungsi membawa informasi sensorikbaik disadari maupun tidak, dari kepala, pembeluluh darah dan ekstermitas
b.    Saraf eferen
Menyampaikan rangsangan dari luar ke pusat
c.    Saraf otonom
Terbagi atas :
1)    Saraf simpatis
Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna
2)    Saraf parasimpatis
Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis
Komponen Saraf  Kranial
a.    Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIII
b.    Komponen motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII
c.    Komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N X
d.    Komponen motorik viseral
Eferen viseral merupakan  otonom mencakup  N III, N VII, N IX, N X. Komponen eferen viseral yang 'ikut' dengan beberapa saraf kranial ini, dalam  sistem saraf otonom tergolong pada divisi parasimpatis kranial.
 12 Saraf Kranial
a.    N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.
b.    N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.
c.    N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
d.    N.  Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata
e.    N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan  saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.
f.     N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen.
g.    N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen  berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah.
h.    N. Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf  pendengaran dan saraf    keseimbangan
i.      N. Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.
j.      N. Vagus
Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang  menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.
k.    N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.
l.      Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi.

  1. ETIOLOGI
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor :
1.    Defisiensi dopamine dalam subtansia nigra di otok memberikan respon gejala penyakit Parkinson
2.    Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui.

  1. PATOFISIOLOGI
                        Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen,terutama neuron didalam subtansia nigra pada otak. (Subtansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum).
                        Salah satu neurotransmitter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian lain pada system persarafan pusat adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat control gerakan. Walaupun dopamin normalnya ada dalam konsentrasi tinggi dibagian-bagian otak tertentu, pada penyakit Parkinson dopamin menipis dalam subtansia nigra dan korpus stratum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional menurun pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa pasien demensia dengan penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer.
                        Pada kebanyakan pasien penyebab penyakit tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompak usia lanjut. Kondisi ini menyertai ensefalitis, keracunan, atau toksisitas (mangan,karbon monoksida), hipoksia atau dapat pengaruh obat. Krisis oligurik: menyertai parkinsonisme jenis paska-ensefalitis; spasme otot-otot konjungasi mata, mata terfiksasi biasanya keatas, selama beberapa menit sampai beberapa jam; sekarang jarang ditemukan karena semakin sedikit pasien dengan tipe parkinsonisme ini yang masih hidup. (Suzzane C. Smeltzer, 2001).


 

  1. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Parkinson mempunyai gejala klinis sebagai berikut:
1.    Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan
2.    Tremor yang menetap 4-5 Hz
3.    Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
4.    Gangguan saraf otonom (sulit tidur,berkeringat,hipotensi ortostatik)
5.    Depresi, demensia
6.    Wajah seperti topeng.

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    CSS
Biasanya dalam batas normal dapat menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi protein pencitran
2.    CT scan
Hasil normal atau dapat menunjukkan atrofi sebral.
3.    MRI
Untuk menyingkirkan penyebab lain
4.    Darah
Hitung darah lengkap : anemia mikrositik ringan kadar obat serum untuk menyingkirkan Parkinsonisme akibat / obat penyekat dopamin
5.    Pemerikasaan GI
Hipomotilitas, pelambatan pengosongan lambung, sebagai derajat distensi usus.
6.    EEG
Normal dengan perlambatan minimal pelambatan nyata atau sedang dan/atau disorganisasi (dengan demensia nyata atau bradikinensia )
7.    Sinar –X tengkorak
Pemeriksaan sineradiografik terhadap kemampuan menelan.

  1. KOMPLIKASI
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

  1. PENATALAKSANAAN MEDIS
1.    Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedative dan antikolinergic pusat ringan, dapat membantu menghilangkan tremor.
2.    Terapi anti koligenergik
Agen antikolinergic ( priheksifenidil , proksiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini meniadakan aksi asetilkolin pada system persarafan pusat. Efek samping mencangkup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine,  dan konduksi akut. Tekanan intraokuler di pantau ketat karna obat-obat ini kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan hyperplasia prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.
3.    Amantadin hidrokhlorida
Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agen-agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesi. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan di dalam saraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatri (perubahan perasan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing dan gangguan penglihatan.
4.    Terapi levodopa
Walupun levodopa bukan untukpengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4) L (MD4) – dopa menjadi dopamin pada bangsal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamine dengan konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel-sel subtansia nigra mejadi hilang yaitu pada pasien penyakit Parkinson. Gejala dapat hilang akibat kadar dopamine yang lebih tinggi yang ada bersamaan dengan levodopa.
5.    Derivat Ergoet-Angonis Dopamin
Agen-agen ini ( bromokriptin dan pergolid) dianggap menjadi angonis reseptor dopamine; agen ini beranfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.
6.    Inhibitor MAO
Eldepril adalah salah satu dari perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamine sehingga meningkatkan jumlah dopamine tercapai, tidak seperti bentuk terapi lainnya age mini secara nyata memperlambat progresi penyakit.
7.    Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat di berikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada penyakit Parkinson.

  1. ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Anamnesis
Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial.
a.    Identitas Klien.
b.    Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60 tahun), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan. Alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, dan diagnosa medis.
c.    Keluhan Utama
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
d.    Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi.
e.    Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
f.     Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus.
g.    Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Adanya perubahan pada tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi pernapasan
B1 (Breathing)
Inspeksi: penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,sesak napas,dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi: ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi.
B2 (Blood)
Hipotensi postural.
B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot,dan kaku pada seluruh gerakan.
Tingkat kesadaran
Biasanya compos mentis
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf  I: Fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf  II: Penurunan ketajaman penglihatan
Saraf  III,IV,dan VI: Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Saraf  V: Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)
Saraf  VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf  VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional
Saraf  IX dan X: Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII: Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Sistem motorik
Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan tonus otot, ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot,kelelahan,perubahan pada gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan.
Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif
B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
B5 (Bowel)
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan,konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
b.    Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungsn dengan termor, pelambatan dalam proses makan serta kesulitan menelan dan mengunyah
d.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
e.    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

3.    Intervensi
HAMBATAN MOBILITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAKUAN DAN KELEMAHAN OTOT (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan    :  klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria    :  Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. 
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kajian mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
Lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot, dan mencegah kontraktor bila otot tidak digunakan.
Lakukan latihan postural.
Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus :
·         Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah);
·         Klien dianjurkan untuk latihan berjalan serupa dengan barisan music marching atau suara dengan birama lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensori;
·         Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transpor oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang miskin oksigen;
·         Periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot.
Mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks pada aktivitas pasif dan aktif serta mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibitas sendi sesuai kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitras dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dan tim fisioterapis.


DEFISIT PERAWATAN DIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN NEUROMUSCULAR, MENURUNNYA KEKUATAN, KEHILANGAN KONTROL OTOT/KOORDINASI. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan    :  keperawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria    :  klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individu
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.
Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk defisit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
Klien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.
Modifikasi lingkungan
Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidak mampuan fungsi.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur
Penggunaan pagar di sekeliing tempat tidur, baik tempat tidur di rumah sakit maupun di rumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi bantuandalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
Kolaborasi :
Pemberian supositoria dan pencahar;
konsul ke dokter terapi okupasi
Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

PERUBAHAN NUTRISI, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH YANG BERHUBUNGAN DENGAN TREMOR, PELAMBATAN DALAM PROSES MAKAN, SERTA KESULITAN MENGUNYAH DAN MENELAN. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan    :  kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria    :  mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperhatikan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi kemampuan makan klien
Klien mengalami keslitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Klien berisiko terjadi aspirasi akibat penurunan reflex batuk.
Observasi/timbang berat badan jika  memungkinkan.
Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan intake nutirsi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam ototo, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan
·         Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk  bolus.
·         Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
·         Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
·         Klien diajarkan untuk meletakkan makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.
·         Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi  mulut dan kemudian ke sisi lain.
·         Untu kmengontrol saliva, klien dianjukrna untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menalan.
·         Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
·         Berikan makanan kecil dan lunak.
Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantun pemenuhan nutrisi klien via oral.
Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.
Monitor pemakaian alat bantu

Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dank lien dizinkan untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
Kajilah fungsi system gastrointerstinal, yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung serprti mual, dan muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, misalnya diare, konstipasi.
Fungsi system gastrointestinal sangat penting untuk memasukkan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2.500 cc/hari selama tidak terjadi ganggungan jantung.
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan mencegah terjadinya  konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti : serum, transferrin, BUN/kreasinin dan glukosa
Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.


KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN VOLUME BICARA, PERLAMBATAN BICARA, KETIDAKMAMPUAN MENGGERAKKAN OTOT-OTOT WAJAH. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan       : klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria      :  klien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Parkinson. Bicara mereka yang lemah, monoton, halus menuntut kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat, dengan penekanaan perhatian pada apa yang mereka katakan.
Menentukan cara-cara berkomunikasi, seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan denga jwaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
Mempertahankan kontak mata akan membuat klien interes selama komunikasi. Jika klien dapat menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau senang dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang intravenous kateter.
Kateter intravena yang terpasang di tangan akan mengurangi kebebasan menulis/memberi isyarat.
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat yang mudah dijangkau, dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakana kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Ketergantungan klien pada ventilator akan lebih baik dan rileks, persaan aman, dan mengerti bahwa saelaam menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala kebutuhannya.
Buatlah catatan di kantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara.
Mengingatkan staf perawatan untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan.
Buat rekaman pembicara klien.
Rekaman pembicaraan untuk beresons dengan klien selama memberikan perawatan.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dngan klien untuk brbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluarganya dan keadaan yang sedang terjadi.
Keluarga dapat merasakan akrab dengan klien berada dekat klien selama berbicara, denga npengalaman ini dapat membantu/mempertahankan kontak nyata seperti merasakanan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metoda komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.


KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI DAN DISFUNGSI KARENA PERKEMBANGAN PENYAKIT (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan    :  koping individu menjadi efektif.
Kriteria   :  mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping
Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukungan dansumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan parsitpasi aktif.
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Membantu klien untuk melihat bahwa peawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh
Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebakan akibat kedaan fisik yang labat dan upaya yang besar dibutuhkan erhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan dudukung untuk mencapai tuuan yang ditatpkan (seperti meningkatkan mobilitas). Oleh karena Parkinson mengarah akan menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus aktif berpartisasi dalam program trapi yang mencakup program sosial dan rekreasi.
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasan
Membantu peningkatan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan danapatis. Setia upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apa pun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan kelian melakukan sebanyak-banyak hal-hal untuk dirinya.
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke di mana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi : rujuk, pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.






                                                                                                                  

BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Parkinsonisme adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. (Arif Muttaqin, 2009). Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui. Pada penyakit Parkinson dopamin menipis dalam subtansia nigra dan korpus stratum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional menurun pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia yang tinggi. Penatalaksanaan medis meliputi pemberian Antihistamin, terapi anti koligenergik, amantadin hidrokhlorida, terapi levodopa, Derivat Ergoet-Angonis Dopamin, Inhibitor MAO, dan antidepresan.

  1. SARAN
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca sekalian.


DAFTAR PUSTAKA



Battica, Fransisca. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Martin, Susan. 2008 dkk. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Vol.3 . Jakarta: EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar