BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh
dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang
terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun,
tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa,
meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89
tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar
500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210
juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia
penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun.
Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih
banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.(
http://nur-azisah.blogspot.com)
Untuk tahun 2011 penyakit Parkinson,
diperkirakan sebanyak 4,5 juta orang diseluruh dunia. (http://supersinto.blogspot.com). Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai tanda-tanda dini dari penyakit parkinson dan perjanan penyakit ini
sangat penting, baik untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter dan
petugas kesehatan.
- Tujuan Penulisan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan pada penderita Parkinson.
2.
Tujuan
Khusus
A.
Mahasiswa
mampu menjelaskan definisi, penyebab,tanda gejala, diagnosa, dan
penatalaksanaan medis dari penyakit parkinson.
B.
Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan parkinson.
C.
Mahasiswa
mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan parkinson.
D.
Mahasiswa
mampu melakukan rencana keperawatan pada pasien dengan parkinson.
E.
Mahasiswa
mampu melakukan tindakan keperawatan baik independen, dependen, atau
interdependen.
- Ruang Lingkup
Pembuatan makalah ini dibatasi oleh
tinjauan teori mengenai asuhan keperawatan pada penderita Parkinson.
- Metode Penulisan
Metode penulisan makalah, penulis
menggunakan metode studi kepustakaan dengan menelaah literatur yang berkaitan
dengan penulisan dari media cetak dan elektronik.
- Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah
terdiri dari tiga bab.
Bab
I Pendahuluan.
Bagian dari pendahuluan ini meliputi
Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, dan
Sistematika Penulisan.
Bab
II Tinjauan Teori.
Bagian dari tinjauan teori ini meliputi
Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala,
Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan Medis, dan Asuhan Keperawatan dengan
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, dan Intervensi di dalamnya.
Bab
III Penutup.
Bagian dari penutup ini meliputi
Kesimpulan dan Saran.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
- PENGERTIAN
1.
Penyakit
Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otak yang
bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengantur gerakan. Karakteristik yang
muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan),tremor dan kekuatan otot.
(Brunner & Suddarth, 2001)
2.
Penyakit
Parkinson (Parkinson’s diease) adalah penyakit saraf progresif yang berdampak
terhadap respons mesenfalon danpergerakan regulasi. (Fransisca, 2009).
3.
Parkinsonisme
adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekuatan
otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. (Arif Muttaqin, 2009).
- ANATOMI
FISIOLOGI
1.
Otak
a.
Selaput
otak (Meninges)
Durameter
Arakhnoid
Piameter
b.
Otak
besar (cerebrum)
Terdiri atas 2 hemisfer, yang
dihubungkan oleh bagian putih yang disebut korpus kolosum. Setiap hemisfer
terbagi menjadi 4 lobus, yaitu :
1)
Lobus
Frontal
a)
Lobus
pre frontal
Berfungsi mengontrol emosi,
kepribadian, penilaian, penafsiran, tingkah laku yang dipelajari dan perkembangan
pikiran.
b)
Area
pre sentral (korteks motorik utama )
Terletak persis di bagian anterior
sulkus sentral. Rangsangan menimbulkan pergerakan otot yang spesifik di sisi
tubuh yang lain
2)
Lobus
Parietal
a)
Area
sensori somatic primer
Menempati area
setelah gyrus sentral, area ini menerima input sensori mayor, seperti rasa
nyeri, suhu, sentuhan, fibrasi dan posisi dari sisi kontra leteral tubuh.
b)
Area
yang berhubungan dengan sensori
Fungsi utama
dari area ini adalah mengintegrasikan informasi sensori, misalnya, ukuran,
bentuk dan tekstur dari obyek
3)
Lobus
Temporal
Area ini
memungkinkan kita menerima dan mengintepretasikan pendengaran, pembauan dan
rasa, dan juga menerima serta menyimpan memori yang singkat, memberikan
integrasi somatic area auditori dan area yang berhubungan dengan penglihatan.
Jenis pemikiran yang dialami merupakan memori pengalaman masa lalu yang sangat
terperinci, seni, musik dan rasa.
4)
Lobus
Oksipital
a)
Area
visul primer
Menerima input
dari sebagian psilateral retina bagian temporal dan sebagian konralateral
retina bagian basal.
b)
Area
visual sekunder
Mengelilingi
area visual primer, memungkinkan kita menginterpertasikan apa yang kita lihat
dan mengenali makna kerja. Setiap hemisfer serebral/serebrum memproses
informasi terhadap sisi tubuh yang berlawanan, misalnya korteks serebral kiri
mengontrol pergerakan tangan kanan.
c.
Basal
ganglia
Memegang peranan penting fungsi-fungsi
motorik tubuh yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otomatis dan halus.
d.
Otak
kecil (cerebelllum)
Sebagai pusat reflek yang berfungsi
memepertahankan keseimbanagan dan sikap badan. Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa
cerebri posterior di bawah lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian
depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari
berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper
cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada
umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat
terlaksana dengan sempurna.
e.
Batang
otak
Terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula
oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat
pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan jantung dan pusat muntah,
bersin dan batuk.
1)
Diensepalon
Terdiri atas 4 bagian, yaitu :
a)
Talamus
Merupakan stasiun penerima yang
penting dalam otak dan pengintegrasian.
b)
Hipotalamus
Merupakan pusat pengatur susunan saraf
otonom.
c)
Subtalamus
Belum diketahui fungsinya secara jelas
d)
Epitalamus
e)
Mempunyai
peran sebagai
Pendorong emosi dasar seseorang,
integrasi informasi
olfaktorius, pengaturan sirkadian tubuh, penghambat hormon gonad
2)
Mensefalon
Merupakan bagian pendek batang otak
yang terletak di atas spons, yang terbagi atas dua bagian, yaitu :
a)
Bagian
anterior
b)
Bagian
posterior
Bagian ini bercabang mejadi dua lagi,
yaitu : Kolikulus inferior dan kolikulus superior. Kolikulus superior mengurusi
masalah penglihatan dan koordinasi gerakan penglihatan
3)
Pons
Sebagai penghubung antara hemisfer
serebri, serebelum dan mensensepalon dan penghubung kortikosereberalis, yaitu
menghubungkan antara hemisfer serebri dengan serebelum
4)
Medulla
oblongata
Merupakan pusat refleks pada jantung,
pernafasan, bersin/batuk, menelan, dan pengeluaran air liur dan muntah
f.
Sumsum
Tulang Belakang
Berfungsi sebagai pusat reflek spinal
dan sebagai jalan impuls yang berjalan dari dan ke otak.
- Sistem Saraf Perifer
a.
Saraf
aferen
Berfungsi membawa informasi
sensorikbaik disadari maupun tidak, dari kepala, pembeluluh darah dan
ekstermitas
b.
Saraf
eferen
Menyampaikan rangsangan dari luar ke
pusat
c.
Saraf
otonom
Terbagi atas :
1)
Saraf
simpatis
Bekerja untuk meningkatkan denyut
jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna
2)
Saraf
parasimpatis
Bekerjanya berlawanan dari saraf
simpatis
Komponen Saraf Kranial
a.
Komponen
sensorik somatik : N I, N II, N VIII
b.
Komponen
motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII
c.
Komponen
campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N X
d.
Komponen
motorik viseral
Eferen viseral merupakan otonom mencakup N
III, N VII, N IX, N X. Komponen eferen viseral yang 'ikut' dengan beberapa
saraf kranial ini, dalam sistem saraf otonom tergolong pada divisi
parasimpatis kranial.
12 Saraf Kranial
a.
N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang
terletak dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis
superior.
b.
N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan
saraf eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari
otak ke perifer.
c.
N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada
mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
d.
N.
Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini
mensarafi muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata
e.
N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf
optalmikus, saraf maxilaris dan saraf mandibularis yang merupakan
gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum
pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.
f.
N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi
muskulus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata
dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada
Strabismus konvergen.
g.
N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen.
Saraf aferen berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf
eferent untuk otot wajah.
h.
N.
Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran
dan saraf keseimbangan
i.
N.
Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini
mengandung serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus
otot-otot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus
mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi
umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.
j.
N. Vagus
Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris
yang mempersarafi otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara, b)
komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf
parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.
k.
N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada
nucleus ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3.
Saraf ini mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.
l.
Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang
mempersarafi otot-otot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar
ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi.
- ETIOLOGI
Penyakit Parkinson sering dihubungkan
dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor :
1.
Defisiensi
dopamine dalam subtansia nigra di otok memberikan respon gejala penyakit
Parkinson
2.
Etiologi
yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau
penyebab lainnya yang tidak diketahui.
- PATOFISIOLOGI
Lesi
utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen,terutama neuron didalam
subtansia nigra pada otak. (Subtansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak
tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum).
Salah satu neurotransmitter mayor di
daerah otak ini dan bagian-bagian lain pada system persarafan pusat adalah
dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat
control gerakan. Walaupun dopamin normalnya ada dalam konsentrasi tinggi
dibagian-bagian otak tertentu, pada penyakit Parkinson dopamin menipis dalam
subtansia nigra dan korpus stratum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia
berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah
serebral regional menurun pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan ada
kejadian demensia yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa
pasien demensia dengan penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta
Alzheimer.
Pada
kebanyakan pasien penyebab penyakit tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme
arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompak usia lanjut. Kondisi ini
menyertai ensefalitis, keracunan, atau toksisitas (mangan,karbon monoksida),
hipoksia atau dapat pengaruh obat. Krisis oligurik: menyertai parkinsonisme
jenis paska-ensefalitis; spasme otot-otot konjungasi mata, mata terfiksasi
biasanya keatas, selama beberapa menit sampai beberapa jam; sekarang jarang
ditemukan karena semakin sedikit pasien dengan tipe parkinsonisme ini yang
masih hidup. (Suzzane C. Smeltzer, 2001).
- MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Parkinson mempunyai gejala
klinis sebagai berikut:
1.
Bradikinesia
(pergerakan lambat), hilang secara spontan
2.
Tremor
yang menetap 4-5 Hz
3.
Tindakan
dan pergerakan yang tidak terkontrol
4.
Gangguan
saraf otonom (sulit tidur,berkeringat,hipotensi ortostatik)
5.
Depresi,
demensia
6.
Wajah
seperti topeng.
- PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
CSS
Biasanya dalam batas normal dapat
menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi protein pencitran
2.
CT
scan
Hasil normal atau dapat menunjukkan
atrofi sebral.
3.
MRI
Untuk menyingkirkan penyebab lain
4.
Darah
Hitung darah lengkap : anemia mikrositik
ringan kadar obat serum untuk menyingkirkan Parkinsonisme akibat / obat
penyekat dopamin
5.
Pemerikasaan
GI
Hipomotilitas, pelambatan pengosongan
lambung, sebagai derajat distensi usus.
6.
EEG
Normal dengan perlambatan minimal
pelambatan nyata atau sedang dan/atau disorganisasi (dengan demensia nyata atau
bradikinensia )
7.
Sinar
–X tengkorak
Pemeriksaan sineradiografik terhadap
kemampuan menelan.
- KOMPLIKASI
Komplikasi terbanyak dan tersering
dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
- PENATALAKSANAAN
MEDIS
1.
Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedative
dan antikolinergic pusat ringan, dapat membantu menghilangkan tremor.
2.
Terapi
anti koligenergik
Agen antikolinergic ( priheksifenidil
, proksiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif mengontrol tremor dan kekakuan
Parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa.
Agen ini meniadakan aksi asetilkolin pada system persarafan pusat. Efek samping
mencangkup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi,
retensi urine, dan konduksi akut.
Tekanan intraokuler di pantau ketat karna obat-obat ini kontraindikasi pada
pasien dengan glaukoma sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan hyperplasia
prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.
3.
Amantadin
hidrokhlorida
Amantadin hidrokhlorida (symmetrel),
agen-agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson
untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesi. Agen ini diperkirakan bekerja
melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan di dalam saraf. Reaksi efek
samping terdiri atas gangguan psikiatri (perubahan perasan hati, konfusi,
halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing dan gangguan
penglihatan.
4.
Terapi
levodopa
Walupun levodopa bukan
untukpengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif untuk pengobatan
pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4) L (MD4) – dopa menjadi
dopamin pada bangsal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamine dengan
konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel-sel subtansia nigra mejadi hilang
yaitu pada pasien penyakit Parkinson. Gejala dapat hilang akibat kadar dopamine
yang lebih tinggi yang ada bersamaan dengan levodopa.
5.
Derivat
Ergoet-Angonis Dopamin
Agen-agen ini ( bromokriptin dan
pergolid) dianggap menjadi angonis reseptor dopamine; agen ini beranfaat bila
ditambahkan pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap
fluktuasi klinis ringan.
6.
Inhibitor
MAO
Eldepril adalah salah satu dari
perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini menghambat
pemecahan dopamine sehingga meningkatkan jumlah dopamine tercapai, tidak
seperti bentuk terapi lainnya age mini secara nyata memperlambat progresi
penyakit.
7.
Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat di
berikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada penyakit
Parkinson.
- ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Anamnesis
Anamnesis pada Parkinson meliputi
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, dan pengkajian psikososial.
a.
Identitas
Klien.
b.
Meliputi
nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60 tahun),
jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan. Alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, dan diagnosa
medis.
c.
Keluhan
Utama
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
d.
Riwayat
penyakit saat ini
Klien mengeluhkan adanya tremor pada
salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian
kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Adanya perubahan pada sensasi
wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit
menelan, konstipasi.
e.
Riwayat
penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin,
vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang
lama.
f.
Riwayat
penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada anggota keluarga
terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus.
g.
Pengkajian
psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya,perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat,dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum
Adanya perubahan pada tanda
vital,yaitu bradikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi pernapasan
B1 (Breathing)
Inspeksi: penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi
sputum,sesak napas,dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi: ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi: ditemukan bunyi napas
tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi.
B2 (Blood)
Hipotensi postural.
B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor
secara umum pada seluruh otot,dan kaku pada seluruh gerakan.
Tingkat kesadaran
Biasanya compos mentis
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : penurunan status
kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan
memori jangka panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf
I: Fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf
II: Penurunan ketajaman penglihatan
Saraf
III,IV,dan VI: Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur
karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Saraf
V: Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien
mengalami penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)
Saraf
VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf
VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional
Saraf
IX dan X: Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII: Lidah simetris, tidak
ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Sistem motorik
Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku
pada seluruh gerakan tonus otot, ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan
mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot,kelelahan,perubahan pada gaya
berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan.
Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi
sensorik secara progresif
B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural.
B5 (Bowel)
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan
dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan
dalam menelan,konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan
memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
b.
Defisit
perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya
kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
c.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungsn dengan termor, pelambatan dalam
proses makan serta kesulitan menelan dan mengunyah
d.
Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara,
ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
e.
Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
3.
Intervensi
HAMBATAN MOBILITAS FISIK YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEKAKUAN DAN KELEMAHAN OTOT (Arif Muttaqin, 2008)
|
|
Tujuan : klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria : Klien
dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kajian
mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara
teratur fungsi motorik.
|
Mengetahui
tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
|
Lakukan
program latihan meningkatkan kekuatan otot.
|
Meningkatkan
koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot, dan mencegah kontraktor
bila otot tidak digunakan.
|
Lakukan
latihan postural.
|
Latihan
postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan
ke bawah.
|
Ajarkan
teknik berjalan khusus :
·
Ajarkan
untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan
menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki
terpisah);
·
Klien
dianjurkan untuk latihan berjalan serupa dengan barisan music marching atau
suara dengan birama lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensori;
·
Latihan
bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan
transpor oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang miskin oksigen;
·
Periode
istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
|
Teknik
berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan
menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
|
Anjurkan
mandi hangat dan masase otot.
|
Mandi
hangat dan masase membantu otot-otot rileks pada aktivitas pasif dan aktif
serta mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
|
Bantu
klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
|
Untuk
memelihara fleksibitas sendi sesuai kemampuan.
|
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
|
Peningkatan
kemampuan dalam mobilisasi ekstremitras dapat ditingkatkan dengan latihan
fisik dan tim fisioterapis.
|
DEFISIT PERAWATAN DIRI YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN NEUROMUSCULAR, MENURUNNYA KEKUATAN, KEHILANGAN
KONTROL OTOT/KOORDINASI.
(Arif Muttaqin, 2008)
|
|
Tujuan : keperawatan
diri klien terpenuhi.
Kriteria
: klien
dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien
mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan
mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kaji
kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
|
Membantu
dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individu
|
Hindari
apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
|
Klien
dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi
dan harga diri klien.
|
Ajarkan
dan dukung klien selama aktivitas.
|
Dukungan
pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
perawatan diri.
|
Rencanakan
tindakan untuk defisit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan
dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
|
Klien
akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya
orang ke ruangan.
|
Modifikasi
lingkungan
|
Modifikasi
lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidak mampuan fungsi.
|
Gunakan
pagar di sekeliling tempat tidur
|
Penggunaan
pagar di sekeliing tempat tidur, baik tempat tidur di rumah sakit maupun di
rumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi
bantuandalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
|
Kolaborasi
:
Pemberian
supositoria dan pencahar;
konsul
ke dokter terapi okupasi
|
Pertolongan
utama terhadap fungsi usus atau defekasi. Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
|
PERUBAHAN NUTRISI, KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH YANG BERHUBUNGAN DENGAN TREMOR, PELAMBATAN DALAM PROSES
MAKAN, SERTA KESULITAN MENGUNYAH DAN MENELAN. (Arif Muttaqin, 2008)
|
|
Tujuan
: kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria : mengerti
tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperhatikan kenaikan berat badan
sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Evaluasi
kemampuan makan klien
|
Klien
mengalami keslitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka
kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
Klien berisiko terjadi aspirasi akibat penurunan reflex batuk.
|
Observasi/timbang
berat badan jika memungkinkan.
|
Tanda
kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan intake nutirsi menunjang
terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam ototo, dan kepekaan
terhadap pemasangan ventilator.
|
Manajemen
mencapai kemampuan menelan
·
Gangguan
menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan,
kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.
·
Makanan
setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
·
Klien
dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
·
Klien
diajarkan untuk meletakkan makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan
menelan.
·
Klien
dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke sisi lain.
·
Untu
kmengontrol saliva, klien dianjukrna untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat
keadaan sadar untuk menalan.
·
Masase
otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
·
Berikan
makanan kecil dan lunak.
|
Meningkatkan
kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantun pemenuhan nutrisi klien via
oral.
Tujuan
lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan
mencegah gangguan pada lambung.
|
Monitor
pemakaian alat bantu
|
Pemanas
elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dank lien dizinkan
untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus
juga membantu makan.
Penggunaan
piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan
yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
|
Kajilah
fungsi system gastrointerstinal, yang meliputi suara bising usus, catat
terjadi perubahan di dalam lambung serprti mual, dan muntah. Observasi
perubahan pergerakan usus, misalnya diare, konstipasi.
|
Fungsi
system gastrointestinal sangat penting untuk memasukkan makanan. Ventilator
dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
|
Anjurkan
pemberian cairan 2.500 cc/hari selama tidak terjadi ganggungan jantung.
|
Mencegah
terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan
mencegah terjadinya konstipasi.
|
Lakukan
pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti : serum, transferrin,
BUN/kreasinin dan glukosa
|
Memberikan
informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.
|
KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN VOLUME BICARA, PERLAMBATAN BICARA, KETIDAKMAMPUAN
MENGGERAKKAN OTOT-OTOT WAJAH. (Arif
Muttaqin, 2008)
|
|
Tujuan
: klien
mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan
dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria
: klien
dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
kemampuan klien untuk berkomunikasi
|
Gangguan
bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Parkinson. Bicara mereka
yang lemah, monoton, halus menuntut kesadaran berupaya untuk bicara dengan
lambat, dengan penekanaan perhatian pada apa yang mereka katakan.
|
Menentukan
cara-cara berkomunikasi, seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan denga
jwaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau
papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
|
Mempertahankan
kontak mata akan membuat klien interes selama komunikasi. Jika klien dapat
menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau senang dengan isyarat-isyarat
sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
|
Pertimbangkan
bentuk komunikasi bila terpasang intravenous kateter.
|
Kateter
intravena yang terpasang di tangan akan mengurangi kebebasan menulis/memberi
isyarat.
|
Letakkan
bel/lampu panggilan di tempat yang mudah dijangkau, dan berikan penjelasan
cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakana kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
|
Ketergantungan
klien pada ventilator akan lebih baik dan rileks, persaan aman, dan mengerti
bahwa saelaam menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala
kebutuhannya.
|
Buatlah
catatan di kantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara.
|
Mengingatkan
staf perawatan untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan.
|
Buat
rekaman pembicara klien.
|
Rekaman
pembicaraan untuk beresons dengan klien selama memberikan perawatan.
|
Anjurkan
keluarga/orang lain yang dekat dngan klien untuk brbicara dengan klien,
memberikan informasi tentang keluarganya dan keadaan yang sedang terjadi.
|
Keluarga
dapat merasakan akrab dengan klien berada dekat klien selama berbicara, denga
npengalaman ini dapat membantu/mempertahankan kontak nyata seperti
merasakanan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
|
Kolaborasi
dengan ahli wicara bahasa.
|
Ahli
terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metoda
komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.
|
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF YANG
BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI DAN DISFUNGSI KARENA PERKEMBANGAN PENYAKIT (Arif Muttaqin, 2008)
|
|
Tujuan
: koping
individu menjadi efektif.
Kriteria
: mampu
menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
|
Menentukan
bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan
intervensi.
|
Dukung
kemampuan koping
|
Kepatuhan
terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan
penyakit. Dukungan dansumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa
dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan parsitpasi
aktif.
|
Catat
ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan
menyatakan inilah kematian
|
Mendukung
penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran
tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan
emosional.
|
Pernyataan
pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian
tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar
mengontrol sisi yang sehat.
|
Membantu
klien untuk melihat bahwa peawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari
seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai
menerima situasi baru.
|
Beri
dukungan psikologis secara menyeluruh
|
Klien
penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan
merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebakan akibat kedaan fisik yang labat
dan upaya yang besar dibutuhkan erhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan
dudukung untuk mencapai tuuan yang ditatpkan (seperti meningkatkan
mobilitas). Oleh karena Parkinson mengarah akan menunjukkan menarik diri dan
depresi, klien harus aktif berpartisasi dalam program trapi yang mencakup
program sosial dan rekreasi.
|
Bantu
dan anjurkan perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasan
|
Membantu
peningkatan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
|
Bentuk
program aktivitas pada keseluruhan hari
|
Bentuk
program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang
terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan danapatis.
Setia upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang
termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien
mandiri. Apa pun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan
dengan meningkatnya kemampuan koping.
|
Anjurkan
orang yang terdekat untuk mengizinkan kelian melakukan sebanyak-banyak
hal-hal untuk dirinya.
|
Menghidupkan
kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
|
Dukung
perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
|
Klien
dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu
masa mendatang.
|
Monitor
gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri
|
Dapat
mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
stroke di mana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
|
Kolaborasi
: rujuk, pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
|
Dapat
memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja
sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi
kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada
keadaan ini.
|
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Parkinsonisme
adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia,
kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. (Arif Muttaqin, 2009).
Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui. Pada penyakit Parkinson
dopamin menipis dalam subtansia nigra dan korpus stratum. Penipisan kadar
dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan,
dan tremor. Aliran darah serebral regional menurun pada pasien dengan penyakit
Parkinson, dan ada kejadian demensia yang tinggi. Penatalaksanaan medis
meliputi pemberian Antihistamin, terapi anti koligenergik, amantadin
hidrokhlorida, terapi levodopa, Derivat Ergoet-Angonis Dopamin, Inhibitor MAO,
dan antidepresan.
- SARAN
Demikian makalah yang kami sampaikan.
Kami berharap agar makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen,
teman-teman dan pembaca sekalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Battica, Fransisca. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Martin, Susan. 2008
dkk. Standar Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzzane C
dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan
Medikal-Bedah
Edisi 8 Vol.3 . Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar